Kamis, 22 April 2010

UP 4 BLOK 1

Dokter Hewan
A. Learning Objective
1. Tugas dokter hewan baik dalam lingkup kedinasan ataupun mandiri
2. Perhatian pemerintah terhadap profesi dokter hewan
3. Cara pengembangan peternakan dan pelayanan veteriner
4. Pengertian diagnosis dan prognosis
5. Pengertian rabies, anthrax,toksoplasmosis, SARS, H1N1, H5N1
B. Pembahasan
1. Tugas dokter hewan baik dalam lingkup kedinasan ataupun mandiri
Profesi dokter hewan memiliki peran yang sangat strategis dan tanggung jawab yang semakin berat pada era globalisasi seperti sekarang. Ditengah-tengah keprihatinan kita menghadapi wabah penyakit zoonosis. Sebagai garda terdepan dalam memerangi wabah penyakit zoonosis, pelayanan dan tindakan penanggulangan yang dilakukan harus benar-benar tepat pada sasaran, karena tugas seorang dokter hewan tidak hanya terkait pada kesehatan populasi hewan tetapi juga terkait dalam setiap aspek nyata dalam interaksi hewan dengan manusia dan hewan dengan lingkungannya.
Profesi dokter hewan mengalami berbagai tantangan ke depan, mengingat dalam menjalankan perannya dibutuhkan dokter hewan yang terlatih dengan pemahaman yang luas terhadap kesehatan masyarakat (public health) dan pencegahan penyakit (preventive medicine). Begitu juga dalam mengisi kekurangan dokter hewan yang terlatih dan memiliki kompetensi di posisi pengambil keputusan. Profesi ini juga dipengaruhi oleh adanya bidang-bidang baru dalam pengembangan industri, sebagai akibat dari sistem produksi pangan hewani yang baru, sumber daging hewan baru (kangguru, burung unta, wildebeest, dan lain sebagainya), dan hewan akuatik sebagai sumber protein.( Hafizuddin,2009)
Seorang dokter hewan dapat menjalankan profesinya baik secara kedinasan ataupun secara mandiri, berikut adalah tugas dokter hewan kedinasan ataupun mandiri,(Wiwiek B,2008) yaitu:
1. Dokter hewan kedinasan
A. Dokter hewan kedinasan mempunyai kewajiban – kewajiban kepada negara dengan pedoman – pedoman kerja sesuai aturan pemerintah dan adanya aturan hokum yang memayungi pekerjaannya.
B. Para dokter hewan ini dapat mempunyai kewenangan – kewenangan dan tanggung jawab yang harus dipahami dan dihargai oleh umumnya para dokter hewan.
C. Hubungan antara dokter hewan kedinasan/ layanan publik dan dokter hewan lain selaku sesama profesi haruslah berdasarkan kesejawatan profesi yang harmonis. Dalam hal ini harus saling menginformasikan demi kepentingan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
D. Dalam melakukan layanan publik Drh kedinasan harus memiliki kompetensi yang terakreditasi, tersertifikasi dan tunduk kepada rambu – rambu profesi veteriner .
2. Dokter hewan mandiri
Adalah suatu usaha medvet yang dikelola oleh satu dokter hewan yang mempertanggung jawabkan semua tindakannya secara individual. Dokter hewan tersebut harus memiliki home base berupa tempat administrasi, konsultasi dan ruang periksa/tindakan
A. Dokter hewan mandiri berkewajiban untuk memberikan layanan yang up to date (terkini), pengobatan yang terampil terhadap pasien dan layanan yang efisien. Diperlukan adanya standard untuk tempat, peralatan, fasilitas dan SDM.
B. Tampilan dokter hewan yang memberikan konsultasi harus memberikan kesan yang profesional yang terlihat dari kemampuan yang harus di standard, meliputi kemampuan bicara, kemampuan menjelaskan, perilaku dalam pelayanan dan kepakaran yang memberi nilai positif kepada reputasi profesi.
C. Pemilik hewan mempunyai hak untuk meminta konsultasi dokter hewan yang dia pilih akan tetapi dokter hewan tidak berkewajiban untuk menerima klien pada keadaan yang dapat menjelaskan dasar penolakan.
Secara umum tugas-tugas teknis dokter hewan adalah sebagai berikut(Panduan Akademik,2009):
1. Pendiagnosaan, pencegahan, pengendalian, pemberantasan dan pengobatan penyakit menular pada hewan dan penyakit zoonosis.
2. Pemeliharaan dan pembudidaya hewan serta peningkatan produksi dan reproduksi ternak.
3. Pelestarian dan pemanfaatan satwa untuk kesejahteraan manusia, kelestarian lingkungan dan plasma nutfah.
4. Penjaminan mutu dan pengamanan bahan pangan asal hewan serta bahan-bahan asal hewan.
5. Peningkatan mutu gizi protein hewani, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.
6. Pengawasan dan pengendalian mutu, pemakaian dan pengedaran obat hewan dan bahan-bahan biologis.
7. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran hewan.
8. Pendidikan kepada client (client education).

2. Perhatian pemerintah terhadap profesi dokter hewan
Peran dokter hewan di indonesia sampai saat ini belum begitu diperhatikan dan belum memperoleh hak-hak sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini bisa kita lihat dari peran para dokter hewan di bidang kehewanan. Banyak lingkungan dan wewenang atau posisi yang seharusnya diisi oleh dokter hewan malah diisi orang lain yang tidak punya keahlian di bidang tersebut sehingga permasalah-permasalahan tentang kehewanan dan kesehatan hewan tidak tuntas. Contoh kasus adalah tentang Avian Influenza(flu burung) sampai detik ini belum kunjung tuntas malahan semakin merajalela, padahal dana yang sudah terpakai begitu banyak. Hal ini terus saja bermunculan kasus-kasus penyakit yang lain, misalnya flu meksiko(H5N1)yang membuat geger seluruh dunia. Hal ini karena banyak tangan-tangan yang bukan ahlinya menangani kasus tersebut, sehingga penangananya terkesan asal-asalan dan jauh dari kaidah-kaidah keprofesionalan.
Belajar dari pengalaman Indonesia menanggulangi wabah flu burung pada unggas sejak munculnya pada bulan Juli 2003, maka dapat ditarik pelajaran bahwa salah satu penyebab dari kesulitan-kesulitan yang terjadi di lapangan adalah lemahnya peraturan perundangan di bidang kesehatan hewan. Faktor yang sangat terkait dengan hal ini adalah lemahnya sistem informasi kesehatan hewan yang seharusnya menjadi landasan dalam pengambilan keputusan dan ketidakmampuan untuk melaksanakan tindakan pemberantasan wabah sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
Untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawab sebagaimana disampaikan di atas, sudah saatnya profesi ini memiliki suatu peraturan perundangan yang mampu memberikan kedudukan hukum yang jelas kepada profesi ini seperti halnya dengan profesi medik lainnya (dokter, dokter gigi). Kebutuhan faktual untuk mengatur hal-hal yang sifatnya menyangkut keprofesian, antara lain yang menekankan kepada registrasi dan praktek dokter hewan, otoritas medik veteriner serta organisasi profesi yang berwenang memberikan lisensi.
Disamping itu dengan mengkaji secara cermat dan mendalam, maka disadari pula bahwa profesi dokter hewan ke masa depan memerlukan suatu peraturan perundangan baru dalam bentuk “Undang-undang Veteriner” (UU Veteriner). UU Veteriner yang mampu memberikan kekuatan hukum bagi profesi untuk menjalankan seluruh kewenangan dan tindakan veteriner dan medik yang diperlukan, mengingat sebagian besar pengaturan yang menyangkut kesehatan hewan dalam UU Nomor 6 Tahun 1967 dianggap sudah tidak relevan lagi.


Sebagaimana diketahui kewenangan (domain) dokter hewan secara baku meliputi:
1. perawatan kesehatan dan perlindungan pangan dan serat dari hewan produksi (food and fiber producing animals), hewan kesayangan dan hewan olahraga (companion and sporting animals) dan hewan laboratorium (laboratory animals).
2. perawatan kesehatan, perlindungan dan preservasi hewan kebun binatang (zoo animals) dan satwa liar (wildlife), termasuk spesies akuatik (aquatic species).
3. diagnosis, surveilans dan pengendalian penyakit menular dari hewan ke manusia, dan perlindungan terhadap ancaman lingkungan (environmental hazards) yang mengancam kesehatan hewan dan kesehatan manusia serta keamanannya.
4. aspek kesehatan dari produksi, pemrosesan dan pemasaran bahan pangan asal hewan.
5. penelitian veteriner dan bio-medik dasar dan komparatif serta aplikasi hasil-hasil penelitian terhadap kebutuhan hewan dan manusia.
UU Veteriner diharapkan dapat mengakomodir semua kepentingan-kepentingan veteriner di masa depan dan semua bidang yang terkait dengan veteriner seperti pertanian, peternakan, ekonomi, ilmu lingkungan, ilmu makanan, legislasi, kedokteran dan kesehatan masyarakat, manajemen urban, manajemen satwa liar dan lain sebagainya.( Hafizuddin,2009).
3. Cara pengembangan peternakan dan pelayanan veteriner
Berikut adalah aspek-aspek yang harus di penuhi dalam pengembangan peternakan, yaitu:
1. Pemilihan bibit/anakan yang baik
2. Pemberian pakan yang memenuhi kebutuhan hewan ternak
3. Pembuatan kandang yang memenuhi syarat
4. Menjaga kesehatan hewan ternak
5. Penanganan dan pengelolaan perkembang biakan dengan baik
Layanan Keahlian Profesi Veteriner berkembang dari kepentingan manusia sehingga keahlian dokter hewan berdasarkan spesies hewan dan keilmuan.(Wiwiek B,2008)
A. Keahlian Spesies
1. Menangani hewan pangan/farm animal
2. Menangani hewan hobby/kesayangan/kepentingan khusus
3. Menangani hewan liar/satwa liar termasuk untuk konservasi.
4. Menangani hewan aquatik/air untuk pangan dan konservasi
5. Menangani hewan laboratorium untuk ilmu kedokteran manusia dan ilmu pengetahuan lainnya.
B. Keilmuan
Dalam bidang praktisi terbagi atas praktisi hewan ternak dan praktisi spesies individu antara lain :
• Ahli Bedah
• Ahli Mata
• Ahli Reproduksi
• Ahli Penyakit Dalam
• Ahli Dermatologi,
• Ahli Pathologi Klinik
• Ahli Nutrisi Klinik
• Ahli Akupunktur Veteriner.
Dalam bidang non praktisi antara lain :
• Ahli Epidemiologi
• Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner
• Ahli Kesehatan Daging
• Ahli Kesehatan Susu
• Ahli Mikrobiologi
• Ahli Virologi
4. Pengertian Diagnosis dan Prognosis
Diagnosis adalah (1) penentuan suatu kasus penyakit, (2) keterampilan membedakan suatu penyakit dengan yang lainnya.(Kamus kedokteran,DORLAND,2002)
Prognosis adalah perkiraan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit, prospek yang berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit sebagaimana diperkirakan oleh sifat dan gejala klinis.(kamus kedokteran,DORLAND,2002)

5. Pengertian rabies, anthrax, toksoplasmosis, SARS, H5N1, H1N1
1. Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera.
 Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total. Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar.
 Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup celana pendek, atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
 Diagnosa
Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Immunofluoresensi (tes antibodi fluoresensi) yang dilakukan terhadap hewan tersebut. Tes tersebut dapat menunjukkan bahwa hewan tersebut menderita rabies.
Biopsi kulit, pemeriksaan kulit leher dengan cara diperiksa dengan mikroskop, biasanya dapat menunjukkan adanya virus.

 Pengobatan
1. Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
2. Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.
3. Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
4. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
5. Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
 Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
• Dokter hewan.
• Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
• Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan
• Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.(Wikipedia,2009)
2. Anthrax
Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut yang disebabkan bakteria Bacillus anthracis dan sangat mematikan dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan, namun juga dapat menjangkiti manusia karena terekspos hewan-hewan yang telah dijangkiti, jaringan hewan yang tertular, atau spora antraks dalam kadar tinggi. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks. Antraks bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.
Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.
 Jenis-jenis
Ada 4 jenis antraks yaitu:
• antraks kulit
• antraks pada saluran pencernaan
• antraks pada paru-paru
• antraks meningitis.
 Penularan
Antraks biasa ditularkan kepada manusia karena disebabkan pengeksposan pekerjaan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat.
 Cara penjangkitan dan Diagnosa
Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus kecil, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.
Beberapa gejala-gejala antraks (tipe pencernaan) adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah bercampur darah, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit) atau (untuk tipe kulit) seperti borok setelah mengkonsumsi atau mengolah daging asal hewan sakit antraks.
Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, dan berbau.(Wikipedia,2009)
3. SARS
Sindrom Pernapasan Akut Berat (bahasa Inggris: Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok. SARS sekarang dipercayai disebabkan oleh virus SARS. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia.
Setelah Tiongkok membungkam berita wabah SARS baik internal maupun internasional, SARS menyebar sangat cepat, mencapai negeri tetangga Hong Kong dan Vietnam pada akhir Februari 2003, kemudian ke negara lain via wisatawan internasional. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069 kasus muncul yang menewaskan 775 orang.
 Gejala
Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38 °C (100.4 °F). Sesak napas bisa terjadi kemudian.
Gejala tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus membutuhkan ventilasi mekanis.
 Diagnosis
Sebuah kasus SARS yang mencurigakan adalah seorang pasien yang mengalami:
1. salah satu dari gejala-gejala termasuk demam dengan suhu 38°C atau lebih DAN
2. pernah mengalami
 kontak dengan seseorang yang didiagnosis mengidap SARS pada kurun waktu 10 hari terakhir ATAU
 mengunjungi salah satu dari daerah yang teridentifikasi oleh WHO sebagai area dengan transmisi lokal SARS (daerah itu pada 10 Mei 2003 adalah sebagian kawasan Tiongkok, Hong Kong, Singapura dan provinsi Ontario, Kanada).
Sebuah kasus kemungkinan SARS mempunyai gejala-gejala di atas berikut hasil sinar-X pada dada yang positif menderita atypical pneumonia atau sindrom pernapasan panik. Dengan kemajuan tes diagnosis coronavirus yang menyebabkan SARS, WHO telah menambah kategori "SARS menurut hasil laboratorium" untuk pasien yang sebenarnya masuk kategori "kemungkinan" namun belum/tidak mengalami perubahan pada sinar x di dada tetapi hasil diagnosis laboratorium positif menderita SARS menurut salah satu dari tes yang diperbolehkan (ELISA, immunofluorescence atau PCR).


 Pengobatan
Antibiotik masih belum efektif. Pengobatan SARS hingga kini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi. Kasus SARS yang mencurigakan harus diisolasi, lebih baiknya di ruangan tekanan negatif, dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien. Awalnya ada dukungan anekdotal untuk penggunaan steroid dan antiviral drug ribavirin, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru klinik yang mencurigai ribavirin tidak baik bagi kesehatan.
Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyakit lain seperti AIDS, hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus. Ada keuntungan dari penggunaan steroid dan immune system modulating agent lainnya pada pengobatan pasien SARS yang parah karena beberapa bukti menunjukkan sebagian dari kerusakan serius yang disebabkan SARS disebabkan oleh reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Penelitian masih berlanjut pada area ini.
Pada Desember 2004, laporan menyebutkan para peneliti Tiongkok telah menemukan sebuah vaksin SARS yang telah diujicoba pada 36 sukarelawan, 24 diantaranya menghasilkan antibodi virus SARS.

 Langkah-langkah yang diterapkan untuk memperkecil wabah SARS
WHO membangun jaringan bagi para doktor dan ilmuwan yang terlibat dengan SARS berupa situs aman untuk mempelajari sinar-X dada dan telekonferensi.
Berbagai langkah diterapkan untuk mengontrol infeksi SARS melalui cara karantina. Lebih dari 1.200 orang dikarantina di Hong Kong, 977 di Singapura dan 1.147 di Taiwan. Kanada juga mengarantinakan ribuan orang. Di Singapura, hampir seluruh sekolah diliburkan selama 10 hari dan di Hong Kong ditutup hingga 21 April untuk menahan penyebaran SARS.
Pada 27 Maret 2003, WHO menyarankan pemeriksaan bagi penumpang pesawat terbang untuk mendeteksi gejala SARS.
Di Singapura, Rumah Sakit (RS) Tan Tock Seng ditetapkan sebagai satu-satunya tempat penyembuhan dan pusat isolasi bagi seluruh kasus yang terbukti dan mungkin menderita SARS pada 22 Maret. Selanjutnya, seluruh rumah sakit menerapkan langkah bagi seluruh anggota staf supaya memeriksa suhu badan dua kali sehari, pengunjung hanya diperbolehkan mengunjungi pasien yang dirawat di bagian pediatric, obstetric dan pasien terpilih lainnya, dan itu pun hanya diperbolehkan satu orang pada setiap kesempatan. Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, videokonferensi digunakan untuk berkomunikasi. Sebuah layanan telepon dibuka untuk melapor kasus SARS, di mana layanan ambulans privat akan membawa mereka ke RS Tan Tock Seng.(Wikipedia,2009)
4. Toksoplasmosis
Toxoplasmosis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Parasit tersebut menginfeksi banyak binatang berdarah-hangat, termasuk manusia, tetapi paling sering menginfeksi kucing pada famili felidae. Binatang terinfeksi dengan mengigit daging yang terinfeksi, dengan kontak terhadap kucing feces, atau dengan infeksi dari ibu ke fetus. Kucing ditunjukan sebagai penyebab utama infeksi ini. Sementara hal ini benar, kontak dengan daging terinfeksi yang belum dimasak menjadi akibat lebih penting terhadap infeksi manusia pada banyak negara.(Wikipedia,2009)
 Cara Penularan
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.
 Pencegahan
Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66C atau dibekukan pada suhu – 20C. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii.
5. Flu Burung
Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.

 Sumber Penularan
Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia. Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
 Cara Penularan
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1.Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan. Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung
 Gejala dan Perawatan
Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.(Wikipedia,2009)
6. Flu Babi
Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A.
Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia. Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian. Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, dan H2N3.
 Tanda dan Gejala
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.
Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Sebagai contoh, selama wabah flu babi 2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat apakah jangkitan flu babi pada pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang yang di tetapkan menderita flu babi, atau berada di lima negara bagian AS yang melaporkan kasus flu babi atau berada di Meksiko dalam jangka waktu tujuh hari sebelum bermulanya penyakit mereka. Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan. (Wikipedia,2009)









Daftar Pustaka
Anonim.2009.http://duniaveteriner.com/2009/04/peran-dokter-hewan-dalam-menyediakan-pangan-yang-asuh/. Tanggal akses 14/09/2009
Anonim.2009.http://id.wikipedia.org/wiki/SARS/flu_burung/toksoplasmosis/anthrax/rabies. tanggal akses 14/09/2009
Dorland, W.A.Newman.2002.Dorland ilustrated medical dictionary.W.B. Saunders Company:Philadelphia,Pennsylvania
Haryono. Haryanto.dkk.2009.Panduan Akademik 2009.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Hiswani.2007.Toxoplasmosis penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil.Universitas Sumatera Utara
Triakso.2008.http://triakoso.blog.unair.ac.id/2008/05/26/penyakit-zoonosis-pada-hewan-kesayangan/.com.Tanggal akses 14/09/2009
Umar, Hafizuddin.2009.http://hafizuddin-umar.blogspot.com/2009/07/undang-undang-veteriner-masa-depan.html.Tanggal akses 14/09/2009

1 komentar:

  1. Tulisan yang baik dan bermanfaat,, izin mengutip untuk bahan ujian komprehensif kedokteran hewan :)
    terimakasih..

    BalasHapus